Selasa, 21 April 2009

DETIK-DETIK RASULULLAH HADAPI SAKARATUL MAUT

DETIK-DETIK RASULULLAH HADAPI SAKARATUL MAUT


Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas me mberikan kutbah,
“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur’an dan sunnahku.
Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku.”
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
“Rasulullah akan meninggalkan kita semua,”keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.Tanda- tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar.
Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” Tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,” kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian panggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi.
“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.”Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.”Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii, ummatii, ummatiii?” - “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi.
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

Amin…

“Ada 3 perkara yang jika seseorang memilikinya akan merasakan manisnya iman, yaitu bila Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain keduanya, dan tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah, serta benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya daripadaNya, sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke neraka.” (muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian sampai aku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan segenap manusia.” (muttafaq ‘alaih)

Wajib bagi setiap mukmin untuk lebih mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada mencintai dirinya sendiri. “Bahwasanya Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh engkau adalah orang yang lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Demi Allah yang jiwaku ada ditanganNya, tidaklah sempurna iman salah seorang diantara kalian, sehingga aku leih engkau cintai daripada dirimu sendiri! Lalu Umar berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya engkau (Wahai Rasulullah) kini menjadi orang yang lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sekarang (telah benar engkau) wahai Umar!” (HR. AL-Bukhari)

Pada suatu dini hari Sang Guru datang menemuiku. Ia menghampiriku dan duduk di sampingku. Wajahnya bersinar cerah. Ia menatapku dengan pandangan matanya yang teduh, lalu memenepuk bahuku dengan lembut. Aku hanya memandangnya dengan terpaku, dan wajah yang penuh dengan segudang pertanyaan yang selama ini menggelisahkanku.

Sang Guru berkata kepadaku, “Wahai anaku, tanyakan kepadaku apa yang selama ini menjadi pertanyaan besar dalam hidupmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Guru, ceritakan kepadaku tentang garis rezeki. Apakah setiap orang sudah pasti mendapatkan rezekinya masing-masing?



Sang Guru menjawab, “Wahai anakku mengapa engkau tanyakan itu?Engkau khawatir dengan rezekimu?”

“Iya Guru, aku sedikit khawatir dengan rezekiku. Tidak hanya aku, banyak orang lain yang berpikiran sama denganku. Aku banyak melihat orang-orang yang bekerja tanpa henti untuk mendapatkan rezekinya, bahkan dengan cara yang tidak halal. Mereka melakukan itu karena mereka mengejar rezekinya”



“Wahai anaku, ketahuilah rezekimu sudah diatur oleh Allah. Dia sudah menetapkan jatah rezeki untukmu. Dia telah menjanjikan bahwa setiap manusia akan mendapatkan rezekinya masing-masing. Rezeki yang ditebarkan-Nya dari langit dan diseluruh penjuru bumi. Kau tinggal pergi menjemputnya, dan mendapatkannya sesuai dengan bagianmu” jawab Sang Guru.

“Wahai anaku, dengarkanlah firman Allah berikut ini :



“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?.” [Q.S. 35 : 3]



“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.” [Q.S. 51 : 22-23]



“Wahai Guru, apabila setiap manusia telah memiliki jatah rezekinya masing-masing, apakah berarti manusia tidak perlu bekerja untuk mendapatkan rezekinya? Tinggal diam, dan rezeki akan datang menghampiri, betul begitu?” lanjutku bertanya.

Dengan pandangan matanya yang teduh, Sang Guru menatapku dan menjawab pertanyaanku, ”Tidak begitu anaku, manusia tetap harus bekerja untuk menjemput rezekinya. Memang manusia sudah memiliki jatah rezekinya. Rezeki yang didapat manusia tidak akan melebihi jatahnya, dan sebaliknya manusia tidak akan mendapatkan rezeki kurang dari jatahnya. Namun manusia harus tetap bekerja untuk menjemput jatah rezekinya. Manusia diperintahkan untuk berjalan di seluruh penjuru bumi untuk menjemput jatah rezekinya. Ibarat burung yang terbang ke segala penjuru untuk mendapatkan makanan, dan pulang ke sarang dengan perut yang penuh dengan makanan. Begitu pula halnya dengan manusia”

”Allah telah berfirman :



“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” [Q.S. 67 : 15]



“Wahai Guru, jika manusia telah memiliki jatah rezekinya masing-masing mengapa ada yang sulit mendapatkan rezekinya dan ada yang mudah?” tanyaku lebih lanjut.

Sang Guru menatapku, lalu tersenyum kepadaku dan menjawab, “Anaku, apabila engkau melihat seseorang yang sulit mendapatkan rezekinya, mungkin memang Allah berkehendak untuk menyempitkan rezekinya. Demikian pula apabila engkau melihat seseorang yang mudah mendapatkan rezekinya, mungkin karena Allah berkehendak untuk melapangkan rezekinya. Allah maha kuasa atas sesuatu dan maha berkehendak atas sesuatu. Segala sesuatu akan terjadi atas kuasa dan kehendaknya”

“Anakku dengarkan firman Allah berikut ini :



“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.” [Q.S. 30 : 37]



“Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” [Q.S. 34 : 39]



Tiba-tiba terbetik sebuah pertanyaan dalam hatiku, “Guru, kalau Allah memberikan jatah rezeki kepada setiap manusia, lalu bagaimana dengan manusia yang mendapatkan harta dengan jalan yang tidak halal? Apakah harta tersebut termasuk ke dalam jatah rezekinya juga?

Sang Guru tersenyum mendengar pertanyaanku, lalu dengan lembut berkata, “Anakku engkau memang seorang anak muda yang kritis” Kemudia ia melanjutkan kata-katanya, “Anakku, Allah telah memberikan jatah rezeki kepada setiap manusia, terlepas dari bagaimana cara manusia tersebut mendapatkannya. Seorang yang mendapatkan rezekinya dengan jalan yang tidak halal, misalkan dengan jalan mencuri uang, sebenarnya Allah sudah menetapkan manusia tersebut akan mendapatkan uang sejumlah yang dia curi tersebut. Namun orang tersebut memutuskan bahwa dia akan mencari uang dengan jalan mencuri, padahal seandainya dia tidak mencuri pun, dia tetap akan mendapatkan uang dengan jumlah yang sama dengan uang yang dia curi tersebut, dan dengan jalan yang halal tentunya”



“Jadi manusia tidak perlu khawatir tidak akan mendapatkan rezeki, sampai akhirnya mencari rezeki dengan jalan yang tidak halal. Karena, baik dengan jalan halal ataupun tidak halal Allah telah menetapkan jumlah jatah rezekinya, tidak lebih dan tidak kurang. Sehingga percuma saja manusia yang berupaya keras mengumpulkan harta dengan jalan yang tidak halal, karena seandainya dia berusaha untuk mendapatkan harta dengan jalan halal pun dia akan mendapatkan sejumlah harta yang sama, sebab Allah memang telah menentukan jatah rezekinya sejumlah itu”

“Anakku ada baiknya kau perhatikan firman Allah berikut :



“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal." Katakanlah: "Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah ?".” [Q.S. 10 : 59]



“Dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan.” [Q.S. 16 : 75]



“Jadi manusia yang mengumpulkan harta dengan jalan yang tidak halal sebenarnya dia telah merugi. Karena dia telah menjemput jatah rezekinya dengan jalan yang akan mendatangkan murka Allah, padahal sebenarnya dia dapat menjemput jatah rezekinya dengan jalan yang diridhai Allah, dengan tanpa berkurang sedikitpun jatah rezeki yang didapatkannya tersebut,” lanjut Sang Guru.

“Kekhawatiran manusia akan rezekinya, sebenarnya adalah sebuah tipu daya yang dilancarkan syaitan untuk menyesatkan manusia. Syaitan menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan, sehingga manusia akhirnya terjerumus untuk berbuat keburukan demi untuk harta”

“Allah berfirman dalam Al-Qur’an :



“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan; sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” [Q.S. 2 : 268]



“Anakku, sebagai manusia kita tidak boleh terperdaya tipu daya setan yang menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan. Kemiskinan memang sesuatu yang menakutkan bagi manusia yang cinta akan dunia, dan dapat menjerumuskan manusia yang lemah keimanannya. Oleh karena itu akan aku ajarkan bagaimana caranya agar engkau tidak pernah miskin dan selalu cukup dengan rezeki yang diberikan Allah kepadamu” , sambung Sang Guru.

“Bagaimana caranya wahai Guru?” tanyaku penasaran. Sang Guru menjawab, “Anakku, aku akan ajarkan beberapa jalan, yang dengan melakukannya engkau tidak akan pernah merasa miskin dan selalu berkecukupan dengan rezeki yang diberikan Allah kepadamu. Yang pertama adalah berdoa kepada Allah. Karena doa adalah salah satu jalan untuk mendatangkan rezeki, dan merupakan senjatanya orang beriman”

“Sebagaimana Sang Nabi pernah bersabda :



“Inginkah kalian aku tunjukan sesuatu yang dapat melamatkan kalian dari musuh-musuh dan memudahkan rezeki bagi kalian? Maka berdoalah kalian kepada Allah di waktu malam dan di waktu siang. Karena sesungguhnya doa itu adalah senjatanya orang beriman.” [H.R. Abu Ya’la]



“Yang kedua adalah beristighfar, karena dengan bersitighfar maka Allah akan melapangkanmu dan memberimu rezeki dari arah yang tiada terduga-duga.”

“Simaklah Sabda Sang Nabi berikut ini :



“Siapa yang senantiasa beristighfar, Allah akan melapangkannya dari berbagai kesempitan hidup, akan membebaskannya dari berbagai kedukaan, dan memberinya curahan rezeki dari berbagai arah yang tiada diperkirakan sebelumnya.” [H.R. Ibnu Abbas]



“Yang ketiga adalah dengan melalui takwa, yaitu selalu mentaati perintah dan larangan Allah. Melalui ketakwaan, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberikan rezeki dengan tidak terduga-duga”

“Mari dengarkan firman Allah berikut ini :



“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [Q.S. 65 : 2-3]



“Yang keempat adalah dengan bertawakal, yaitu menampakkan kelemahan serta penyandaran (diri) kepada Allah. Dengan melalui jalan ketawakalan, Allah akan mencukupkan segala keperluan manusia dan memberinya rezeki dari berbagai arah yang tiada pernah diduga sebelumnya”

“Dengarlah firman Allah berikut ini :



“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” [Q.S. 65 : 3]



“Yang kelima adalah melalui beribadah sepenuhnya kepada Allah”

“Rasulullah pernah bersabda :



“Tuhan kalian berkata, 'Wahai anak Adam, beribadah-lah kepadaKu sepenuhnya, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam, jangan jauhi Aku sehingga Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi kedua tangamu dengan kesibukan.” [H.R. Hakim]



“Yang keenam dengan melalui ibadah haji dan umrah, sebagaimana Rasulullah bersabda :



“Lanjutkanlah haji dengan umrah, karena sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa, sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran besi, emas dan perak. Dan tidak ada pahala haji yang mabrur itu melainkan Surga.” [H.R. Imam Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Ibnu Hibban]



“Yang ketujuh adalah dengan menyambung silaturrahim, karena silaturrahim dapat melapangkan rezeki dan memperpanjang umur (jejak hidup)”

“Sebagaimana sabda Rasulullah :



"Siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya) maka hendaknyalah ia menyambung (tali) silaturrahim.” [H.R. Bukhari]



“Yang kedelapan dengan berinfak. Sebagaimana janji Allah bahwa infak dapat menarik rezeki”

“Mari perhatikan sabda Rasulullah berikut ini :



“Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, 'Wahai anak Adam, berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberi rizki) kepadaMu.” [H.R. Muslim]



“Wahai anakku beberapa jalan diatas adalah jalan yang dapat engkau lakukan. Lakukanlah, dan Allah akan mencukupimu seumur hidupmu”

“Anakku, demikian nasihat yang dapat aku sampaikan, semoga dapat memuaskan dahagamu akan jawaban dari pertanyaan-pertanyaanmu,” berkata Sang Guru.

“Terima kasih Guru, aku sekarang sudah mengerti,” Jawabku.



Subuh telah menjelang, sebentar lagi ayam akan mulai berkokok menandakan telah datangnya pagi. Sang Guru pun beranjak dari duduknya, dan berkata, “Sudah saatnya aku pergi”

Dengan tersenyum dan tanpa berkata-kata lagi Sang Guru pun pergi, lalu menghilang dalam keremangan subuh. Tak lama berselang adzan subuh berkumandang, memanggil setiap orang untuk menunaikan kewajibannya melakukan shalat subuh. Aku pun beranjak dari dudukku, bersiap untuk memenuhi panggilan tersebut, dan akan bercengkrama sepuas-puasnya dengan Allah dalam khusuk shalat subuhku.



Ya Allah, kumohon...

karuniai aku rezeki yang halal dan melimpah

rahmati aku dengan nikmatnya sedekah

curahkan aku kekayaan yang berkah

agar aku dapat senantiasa melihat senyum-Mu

dalam setiap keping hartaku

dalam setiap makanan yang menjadi

aliran darahku

yang kan menghantarkanku kepada ridha-Mu

di kampung akhirat nanti



Ya Allah, perkenankanla

Tidak ada komentar:

Posting Komentar