Senin, 25 Mei 2009

Belajar dari Warren Buffet

by digitalmusa

Semalam, yang ditampilkan dalam acara “Biography” adalah profil Warren Buffet, seorang investor legendaris dari Amrik sana.

Bagi mereka yang belajar dan melakukan investasi, khususnya saham, namanya tentu sudah tidak asing lagi. Sebab Buffet kerap dikaitkan dan menjadi salah satu rujukan utama strategi investasi yang disebut Value Investing.

Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas tentang strategi itu. Lagipula sudah banyak sekali buku dan artikel yang khusus membahasnya. Sebut saja misalnya “The Warren Buffet Way” karangan Robert Hagstorm, “The Intelligent Investor” oleh Benjamin Graham, gurunya Buffet dan “Secrets of Millionaire Investors” yang ditulis Adam Khoo.

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari seorang Warren Buffet?

Pertama, kedermawanannya. Amerika dibuat heboh saat dia menyumbangkan hampir 40 milyar dollar kekayaan yang dimilikinya untuk keperluan amal, beberapa tahun lalu. Menurut “Biography”, itu adalah aksi filantropi terbesar sepanjang sejarah, melebihi sumbangan yang pernah diberikan oleh Andrew Carnegie dan John D. Rockefeller.

Kedua, caranya mendidik anak-anaknya, dengan tidak memberikan warisan kekayaannya pada mereka. Ini mungkin sebuah pilihan yang bisa mengundang perdebatan, tapi dengan kekayaan sebesar itu memang harus hati-hati dalam mewariskannya.

Apalagi Buffet memang terkenal sangat cermat dan hemat dalam soal uang. Ini ciri yang sangat menonjol dalam kehidupan dan karirnya.

Dia orang yang tidak suka bermewah-mewah, jadi tidak punya yacht dan mobil mewah ala jutawan-milyarder lainnya. Dia membeli rumah tinggalnya tahun 1950-an, dan masih tetap tinggal di sana sampai sekarang. Koleganya bilang Warren hanya memakai sedikit saja dari apa yang dia hasilkan dengan uangnya.

Dalam berinvestasi, aturan utamanya ada dua : yang kesatu “Don’t lose your money”, dan yang kedua “Don’t forget rule no. 1″.

Ciri yang menonjol ini mungkin khas orang-orang yang lahir dan besar di sekitar tahun 1930-an, pada masa Great Depression. Tokoh lain yang saya tahu juga punya ciri yang sama adalah Sam Walton, pendiri Wal-Mart dan Konosuke Matsushita, pendiri Panasonic.

Mereka semua tahu rasanya hidup dalam kondisi serba terbatas/kekurangan/prihatin dan karena itu uang menjadi sangat bernilai meski cuma duit receh sekalipun.

Warren Buffet mulai membeli saham pertamanya saat berumur 11 tahun, atas dorongan ayahnya. Dia juga senang berbisnis dan melakukan berbagai pekerjaan yang menghasilkan uang sejak masih anak-anak.

Disebutkan bahwa dia pernah mengumpulkan dan menyortir tutup botol untuk dijual lagi, bekerja sebagai loper koran Washington Post, membeli mesin pinball untuk dipasang di tempat-tempat cukur rambut, dan lain-lain. Baginya menghasilkan uang itu sangat menyenangkan, karena itu dia sangat antusias menghasilkan uang. He does what he loves to do !

Ayah Warren pernah berkata bahwa meski saham sebenarnya hanyalah kertas, tapi itu adalah tanda kepemilikan atas sebuah bisnis. Dan karena latar belakang Warren adalah pebisnis, maka dalam berinvestasi dia selalu melihat, mencermati dan menganalisa dulu bisnis yang akan menjadi tempat investasinya.

Dia tidak akan berinvestasi — atau melakukan apapun yang menyangkut soal uang — tanpa mempelajarinya lebih dulu.

Dan dia tidak akan berinvestasi pada bisnis yang dia tidak mengerti.

Pendekatannya ini dilakukannya secara tekun dan konsisten, selama bertahun-tahun, hasilnya sekarang dia menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

Pelajaran terakhir yang bisa kita dapatkan dari Warren Buffet adalah you don’t have to cheat to make money.

Reputasi dan integritas Warren dalam bisnis dan investasi sangat bagus, menurut koleganya dia tidak pernah melakukan tindakan-tindakan curang, kotor dan melanggar hukum.

Ini adalah pelajaran yang sangat penting bagi kita semua orang Indonesia : orang terkaya di dunia bukanlah seorang koruptor, bukan pula pebisnis yang curang, kotor dan melanggar hukum !

Korupsi, melakukan bisnis curang, kotor dan melanggar hukum tidak akan pernah membuat seseorang kaya raya !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar