Rabu, 25 Mei 2011

Meraup Untung dari Koleksi Barang Antik




Jangan mengaku seorang penggemar barang antik jika Anda belum pernah singgah di Pasar Barang Antik di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat. Pasar yang sudah ada sejak tahun 1970-an ini dijamin akan memanjakan penggemar barang antik karena di sepanjang jalan ini Anda bisa menemukan patung, guci, kamera, jam dinding, hingga lampu-lampu antik.

barang antik


Ketua Pasar Antik Jalan Surabaya, yang juga pedagang barang antik, Haji Mumu (64) menuturkan, sebelum penuh dengan barang-barang antik, kebanyakan pedagang menjual barang-barang loakan, seperti alat-alat rumah tangga bekas.

Seiring berjalannya waktu, jumlah pedagang barang antik semakin banyak dan pemerintah menata tempat berdagang dengan memberikan tenda. "Baru pada tahun 1988 dibangun kios semipermanen seperti sekarang ini," katanya.

Sejumlah pedagang mengaku, tidak semua barang antik yang dijual di sini bisa berfungsi dengan baik, seperti kata Ferry (35), yang khusus menjual kamera lama berbagai bentuk dan merek. Menurut dia, kamera-kamera lama ini dibeli kolektor tidak untuk digunakan kembali, tetapi hanya untuk dipajang sebagai koleksi.

Hal inilah yang membuat Ferry tetap memajang kamera-kamera lawas meskipun tidak berfungsi dengan baik. "Kadang ada juga kenalan saya yang nitip kamera untuk dijual kembali," katanya.

Ada 184 kios di sepanjang jalan ini. Sebagian besar pedagang menjual patung, guci, lampu, dan perkakas kuno. Hanya beberapa pedagang yang lebih spesifik memilih barang yang dijualnya, seperti piringan hitam lagu-lagu lama, kamera, wayang, serta buku.

"Saya awalnya khusus menjual barang antik tentang perkapalan, seperti jam navigasi dan kemudi kapal. Waktu itu yang beli kebanyakan orang bule, tapi setelah kerusuhan di Jakarta, pembeli dari luar negeri mulai berkurang. Karena itu, saya mulai menjual lampu juga supaya tetap ada barang yang dijual," kata Haji Mumu.

Dia menambahkan, tidak setiap hari pedagang mendapatkan pembeli. Hanya saja, dalam sebulan pedagang bisa memperoleh omzet Rp 10 juta. Pendapatan mereka kemudian dipotong untuk biaya retribusi, keamanan, dan kebersihan tempat berdagang.

Yang menarik, tidak semua yang dijual di pasar ini barang-barang kuno. Ada beberapa barang baru yang sengaja didesain seperti barang antik. Menurut Haji Mumu, barang-barang baru berbau antik ini tetap banyak dicari. Pasalnya, ada beberapa pembeli yang sengaja membeli barang berbau antik untuk melengkapi interior rumahnya yang didesain kuno.

sumber:kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar